-->
#NovemberSpeak: Lakukan hal-hal yang selalu Anda inginkan sekarang juga. Atau buatlah rencana-rencana sekarang. Atau programkan pikiran bawah sadar sekarang. Bukan besok! Selamat Datang di jackbox.tk..Jack In The Box merupakan blog sharing dan berbagi yang memberikan artikel-artikel menarik dan inspiratif seperti artikel kesehatan,artikel pendidikan,artikel motivasi,artikel bahasa inggris,artikel lingkungan hidup,artikel islam,artikel menarik,artikel komputer,artikel cinta,tv online,berita,tips,trik,info,teknologi,film serta memberikan informasi,kejadian aneh,unik,life style, berita pilihan terkini secara gratis...Enjoy Here!!! >> ( dicari artikel yang menarik dan original yang belum dipublikasikan sebelumnya untuk dipublikasikan di blog ini, segera kirim ke email: im_zzt@yahoo.co.id ) @ Jack In The Box indonesia blogger .
Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 November 2012

Rahasia Kejeniusan Albert Einstein

Einstein memiliki pola lipatan otak yang luar biasa di beberapa bagian, kondisi ini ditengarai yang membantu kejeniusannya.

Albert Einstein tersohor sebagai fisikawan andal pada abad 20 yang terkenal dengan teori relativitas. Sosoknya selalu menarik perhatian karena kejeniusan yang dimiliki. Hal inilah yang mengulik para peneliti untuk mengungkap bagaimana isi otak Einstein sesungguhnya.  

Jurnal Brain yang dipublikasian pada Jumat (16/11) lalu mengungkap foto-foto baru otak Einstein. Pria ini memiliki pola lipatan otak yang luar biasa di beberapa bagian, kondisi ini ditengarai yang membantu kejeniusannya.

Lipatan ekstra ini terdapat pada bagian korteks otak besar (cerebral cortex atau grey matter). Di mana di bagian ini merupakan pusat saraf yang mengatur pikiran dan kesadaran manusia. Tim peneliti menemukan bahwa secara keseluruhan otak Einstein memiliki lipatan yang jauh lebih rumit di seluruh korteks otak besar yang erat kaitannya dengan tingkat Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi.

Analisa menunjukkan khususnya pada bagian frontal lobes yang mengatur dengan pemikiran abstrak dan perencanaan, memiliki lipatan yang luar biasa rumit. "Ini adalah bagian yang benar-benar canggih dari otak manusia. Dan (Einstein) sangat luar biasa," kata Dean Falk, antropolog di Florida State University, Amerika Serikat.

Ilmuwan percaya bahwa semakin banyak lipatan dapat menciptakan area permukaan yang lebih luas bagi proses mental. Ini memungkinkan terjadinya koneksi yang lebih banyak antara sel-sel otak. Dengan lebih banyak koneksi antar bagian otak yang saling berjauhan, akan mampu membuat suatu arti, lompatan mental, dan memecahkan beberapa masalah kognitif.

Selain itu bagian occipital lobes yang berfungsi melakukan pemrosesan visual juga menunjukkan adanya lipatan tambahan. Lobus parietal kanan dan kiri juga tampak sangat asimetris. "Memang tidak begitu jelas bagaimana bagian-bagian ini berkontribusi terhadap kejeniusan yang dimiliki oleh Einstein. Namun, wilayah otak adalah kunci bagi tugas-tugas spasial dan matematika," kata Falk.

Pada tahun 1999, Sandra Witelson, dari G. Michael De Groot of Medicine di Universitas McMasters, melakukan studi masa lalu otak Einstein. Ia mengungkapkan bahwa lobus parietalis kanan Einstein memiliki lipat ekstra. Ini dianggap terjadi ketika Einstein masih dalam kandungan.

"Ini bukan hanya masalah lebih besar atau lebih kecil, tetapi bahwa pola yang sebenarnya berbeda. Anatominya adalah unik dibandingkan dengan setiap foto atau gambar dari otak manusia yang pernah direkam," kata Witselson.

Penelitian akan otak Einstein sebelumnya juga pernah dilakukan ahli patologi, Thomas Harvey, yang sempat mengambil otak Einstein dan menyimpannya. Harvey mengiris tipis bagian jaringan otak tersebut menaruhnya di bawah mikroskop dan juga mengambil 14 buah foto otak dari berbagai sudut. Namun foto-foto tersebut dirahasiakan, karena Harvey ingin menuangkannya dalam buku mengenai Einstein yang akan ia tulis.

Akan tetapi sebelum menyelesaikan bukunya, Harvey meninggal dunia kemudian pihak keluarga menyumbangkan foto tersebut ke National Museum of Health and Medicine di Washington, D.C. Kemudian pada tahun 2011, Falk beserta timnya mulai menganalisa foto-foto tersebut.




Sumber: Live Science


 
Read more

Kamis, 18 Oktober 2012

Biogas dari Kotoran Sapi

Pemerintah Daerah Sukabumi mengolah kotoran sapi menjadi biogas untuk bahan bakar sebagai salah satu upaya penanggulangan limbah peternakan.

Dengan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pemda Sukabumi membuat prototipe pengolahan limbah ternak yang dihasilkan dari peternakan di Kelurahan Cikundul untuk menjadi biogas. Kegiatan ini, seperti tertera pada siaran pers BPPT, merupakan penyelesaian masalah lingkungan yang memberikan manfaat ekonomi. "Maksud kegiatan ini adalah memberikan solusi teknologi kepada pemerintah daerah dan masyarakat peternak dalam pengelolaan lingkungan," jelas Direktor Teknologi Lingkungan BPPT Joko Prayitno Susanto saat menyerahkan pengelolaan instalasi biogas di Cikundul, Kamis (11/10).

Beberapa unit percontohan pengolahan limbah sudah dibuat. Pelatihan pengoperasian terhadap unit tersebut juga sudah berjalan. Kelurahan Cikundul merupakan salah satu pusat peternakan sapi daging dan sapi perah. Limbah yang dihasilkan menimbulkan masalah lingkungan. Apabila diolah menjadi biogas, limbah peternakan dapat menggantikan LPG di rumah tangga. Produksinya bisa mencapai 4 hingga 5 meter kubik per hari, setara dengan 2 kilogram LPG. Selain diolah menjadi biogas, kotoran dapat diolah menjadi kompos.

Potensi kompos yang dihasilkan mencapai 200 liter per hari. Seekor sapi perah dapat menghasilkan limbah padat sebanyak 20 sampai 25 kilogram sera 100 sampai 250 liter limbah cair per hari. Kalau limbah tidak dikelola dengan benar, berbagai masalah bisa muncul, termasuk penyebaran penyakit dan bau tidak sedap. Menurut Kardina Karsudi, Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Sukabumi, pengolahan limbah ini tidak dibuat hanya untuk Cikundul. "Kalau kegiatan ini bisa diterapkan dan berkesinambungan di Sukabumi, saya harap bisa dilanjutkan tidak hanya di Cikundul ini," katanya.

Daerah lain yang dianggap berpotensi adalah daerah sekitar Sungai Cikapundung, Jawa Barat. Kondisi sungai yang termasuk sungai terbesar di Jawa Barat tersebut memprihatinkan akibat tingginya pencemaran, termasuk oleh limbah peternakan di kawasan hulu Cikapundung. Di Desa Sunetenjaya, pembuatan biogas dan kompos dari kotoran sapi sudah diterapkan. Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor dan pembangkit listrik.

Sumber : NGI


Read more

Sabtu, 28 Juli 2012

Dikembangkan, Zat Pewarna Pakaian Antibakteri


Dikembangkan, Zat Pewarna Pakaian Antibakteri. Tubuh manusia sangat rentan terhadap bakteri, lebih lagi bila aktivitas yang dilakukan tinggi. Untuk melindungi tubuh dari bakteri, pemilihan pakaian yang cocok tentu saja sangat penting dilakukan.

Namun, tidak mudah memilih pakaian yang dapat mengurangi aktivitas bakteri karena banyak bahan pakaian yang justru meningkatkan aktivitasnya. Hal ini tak lain disebabkan karena produsen pakaian tidak menggunakan zat warna antibakteri.

“Selama ini belum ada produsen pakaian yang menggunakan zat warna pakaian antibakteri. Karena itulah, ketika orang beraktivitas tinggi, baju mudah kotor dan menghasilkan banyak bakteri,” papar Peneliti Muda dari Universitas Negeri Yogyakarta yang sekaligus mahasiswa dari Jurusan Kimia, Rimma Hilda Kusumanigtyas, di Yogyakarta, Jumat (27/7).

Atas dasar inilah, Rimma dan dua orang rekannya, Senja Dewi serta Danar, mulai mengembangkan zat warna pakaian untuk mengurangi pertumbuhan bakteri pada pakaian. Tim ini pun menggunakan titanium dioksida (TiO2) untuk dicampurkan dalam zat pewarna pakaian seperti seperti naftol, indigosol, dan rapid.

“Berdasar referensi, titanium dioksida digunakan untuk mengurangi aktivitas bakteri, namun belum pernah ada yang menggunakannya untuk zat pewarna pakaian. Untuk itulah, kami mencoba melakukan uji laboratorium, dan ternyata pembuktian kami benar,” ungkap Rimma.

Berdasarkan hasil penelitiannya, interaksi titanium dioksida terhadap bakteri yang melekat pada pakaian terbukti cukup kuat untuk mereduksi jumlah bakteri. Dalam jumlah yang sangat kecil, aktivitas fotokatalitik titanium dioksida mampu menurunkan kadar bakteri hingga di bawah 10 persen dengan bantuan penyinaran panjang gelombang >324 nm (merupakan fraksi panjang gelombang sinar matahari) selama 15 menit.

“Interaksi titanium dioksida dengan pakaian biasanya berlangsung tidak lebih dari dua jam, yaitu pada saat perendaman pakaian dengan deterjen. Setelah dibilas, titanium dioksida tersebut akan terlarut bersama air,” ungkapnya.

Senja Dewi menambahkan, penggunaan titanium dioksida aman untuk dicampur dalam zat warna kain. Hal ini telah dibuktikan oleh titanium dioksida yang terkandung dalam sabun dan body lotion. Selain itu, titanium dioksida dapat digunakan secara terus menerus selama masih ada cahaya, sehingga tidak menyebabkan pakaian cepat kotor.

Ahli Kimia Anorganik dari Universitas Negeri Yogyakarta Hari Sutrisno mengatakan, bahwa penelitian ini memang sangat bermanfaat untuk menekan aktivitas bakteri dalam bakteri. Selama ini, titanium dioksida memang terkenal sebagai zat antibakteri, namun belum diujicobakan dalam zat warna pakaian. Sementara itu, keuntungan lain dari titanium dioksida adalah zat ramah lingkungan.


sumber: nationalgeographic.co.id
Read more

Selasa, 17 Juli 2012

Menciptakan Hujan Dengan Laser

Telah bertahun-tahun peneliti mengembangkan laser yang dapat menciptakan hujan, namun laser yang ada belum memadai

Menembakkan laser ke langit dapat menghasilkan hujan, menurut penelitian terkini oleh peneliti dari Swiss dan Jerman. Walaupun begitu, teknologi ini cukup kontroversi karena efektivitas dan kemungkinan efek samping yang diberikannya.

"Saat ini, penelitian kami mengungkapkan bahwa laser dapat merangsang partikel kecil," papar salah satu peneliti, Jerome Kasparian. "Ini belum tahap yang efisien untuk menciptakan hujan dengan laser, namun ini adalah tahap terbukanya jalan baru."

Teknik laser ini menggunakan photodissociation, di mana photon pecah di atmosfer yang memproduksi ozon dan nitrogen oksida. Hal ini menyebabkan partikel asam terbentuk dan mengikat molekul air, terciptalah hujan.

Peneliti berekspektasi diperlukan laser berskala exawatt untuk menjadikan teknik ini berhasil. Tahun lalu, sudah dilakukan demonstrasi dengan menggunakan laser bertenaga 100 terawatt dan 5 terawatt. Menurut Kasparian, menciptakan hujan membutuhkan partikel air kecil yang berkembang menjadi tetesan air dengan ukuran yang memadai.

"Dibutuhkan juga produksi partikel dalam angka yang cukup. Jika terlalu sedikit, kita hanya mendapatkan beberapa tetes," ungkap Kasparian lagi.

Di masa depan, peneliti merekomendasikan investigasi untuk pengembangan laser yang dapat menciptakan bibit air dalam skala besar. Tujuannya sekarang, tambah Kasparian, untuk mengoptimalkan kondisi laser, proses kondensasi, dan kesempatan untuk mendapatkan jumlah air terkondensasi secara makro.


Sumber: physorg, popsci
Selengkapnya
Read more

Rabu, 16 November 2011

Manusia Modern Hijrah dari Afrika Lewat Arab


Melalui metode analisis baru, IBM dan Genographic Project menemukan bukti baru yang mendukung jalur selatan migrasi manusia, yaitu dari Afrika lewat Selat Bab al Mandab sebelum bergerak menuju utara. Demikian hasil penelitian yang diumumkan pada sebuah konferensi di National Geographic Society awal bulan ini.

“Sejarah evolusi menunjukkan bahwa populasi manusia mungkin berasal di Afrika, dan Genographic Project, survei yang paling luas soal data genetik populasi manusia hingga kini, menunjukkan ke mana mereka pergi berikutnya... Manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika melalui rute selatan lewat Arab, daripada rute utara lewat Mesir,” menurut pernyataan yang dirilis oleh IBM.

National Geographic dan konsorsium ilmiah Genographic Project IBM mengembangkan metode analisis baru yang mencari jejak hubungan antara urutan genetik dari pola rekombinasi–proses dari molekul-molekul DNA yang rusak dan bergabung kembali untuk membentuk pasangan baru.

Sembilan puluh sembilan persen dari genom manusia berjalan melalui proses pengocokan DNA yang dikirim dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berbagai daerah genomik dalam penelitian tersebut sebagian besar belum diselidiki untuk memahami sejarah migrasi manusia.

Dengan melihat kesamaan pola rekombinasi DNA yang telah diteruskan kepada populasi berbeda, para ilmuwan Genographic mengkonfirmasi bahwa Afrika merupakan populasi yang paling beragam di dunia, dan bahwa keragaman garis keturunan di luar Afrika adalah bagian dari benua ini.

Perbedaan sejarah genetik umum antarpopulasi menunjukkan bahwa kelompok Eurasia lebih mirip dengan populasi dari India selatan. Ini mendukung rute selatan migrasi dari Afrika melalui Selat Bab al Mandab di Arab sebelum bergerak menuju utara. Hal ini menunjukkan peran khusus Asia Selatan dalam ekspansi manusia modern yang “keluar dari Afrika.”

Ajay Royyuru, manajer senior di Pusat Biologi Komputasi IBM mengatakan, “Selama enam tahun terakhir, kami telah memiliki kesempatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data genetika di seluruh dunia pada skala dan tingkat detail yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika kami memulai, tujuan kami adalah membawa ilmu pengetahuan ke dalam ekspedisi era modern untuk pemahaman yang lebih soal akar manusia dan keberagaman. Fakta menunjukkan bahwa keragaman genetik di India bagian selatan lebih dekat ke Afrika daripada Eropa. Ini menunjukkan bahwa bidang-bidang riset seperti arkeologi dan antropologi harus mencari bukti tambahan pada rute migrasi manusia purba untuk lebih mengeksplorasi teori ini.

”

Menurut IBM, metode analisis baru ini terlihat pada rekombinasi kromosom DNA dari waktu ke waktu, yang merupakan salah satu penentu dari bagaimana urutan gen baru diciptakan pada generasi berikutnya. “Bayangkan sebuah kromosom kombinasi bagai setumpuk kartu. Ketika sepasang kromosom dikocok bersama-sama, menciptakan kombinasi DNA. Proses rekombinasi terjadi melalui generasi,” ungkap IBM dalam pernyataannya.

Rekombinasi memberikan kontribusi terhadap keanekaragaman genom dalam 99% genom manusia. Namun, banyak orang percaya tidak mungkin untuk memetakan sejarah rekombinasi DNA karena begitu rumitnya, tumpang tindih pola dalam setiap generasi. Sekarang, dengan menerapkan metode komputasi rinci dan algoritma yang kuat, para ilmuwan dapat memberikan bukti baru pada ukuran populasi dan sejarah kuno.



Laxmi Parida, seorang peneliti IBM, mendefinisikan pendekatan komputasi baru dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Biologi Molekuler dan Evolusi mengatakan, "Hampir 99% dari susunan genetik individu adalah lapisan cetakan genetik dari garis keturunan banyak individu. Tantangan kita adalah apakah itu layak bagi suatu garis keturunan untuk memahami kesamaannya. Melalui pendekatan analisis dan model matematika, kita melakukan tugas rumit merekonstruksi sejarah genetik suatu populasi. Dengan demikian, kita sekarang memiliki alat untuk mengeksplorasi lebih banyak dari genome manusia. "

Proyek Genographic terus mengisi kekosongan pengetahuan tentang sejarah manusia dan membuka informasi dari akar genetik yang tidak hanya berdampak pada kisah-kisah pribadi kita, melainkan mengungkapkan pula dimensi baru dari peradaban, budaya dan masyarakat selama puluhan ribu tahun terakhir.

“Penerapan metode analisis baru, seperti studi keragaman rekombinasi, menyoroti kekuatan pendekatan Proyek Genographic itu sendiri. Setelah sumber daya yang luar biasa itu dirakit dalam bentuk pengumpulan sampel global dan database standar, kita dapat mulai menerapkan metode baru analisis genetik untuk memberikan wawasan yang lebih besar ke dalam sejarah migrasi spesies kita,” kata Direktur Proyek Genographic Spencer Wells.



Penelitian rekombinasi menyoroti upaya enam tahun awal Genographic Project untuk membuat survei yang paling komprehensif dari variasi genetik manusia dengan menggunakan DNA sumbangan masyarakat adat dan anggota masyarakat umum, dalam rangka untuk memetakan bagaimana bumi dihuni. Hampir 500.000 orang telah berpartisipasi dalam proyek dengan penelitian lapangan yang dilakukan oleh sebelas tim ilmiah regional untuk memajukan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang silsilah bermigrasi. Database ini adalah salah satu koleksi terbesar dari informasi genetik populasi manusia dan berfungsi sebagai sumber daya yang belum pernah ada sebelumnya untuk genetikawan, sejarawan dan antropolog.

Genographic Project berusaha untuk memetakan pengetahuan baru tentang sejarah migrasi spesies manusia dan menjawab kuno pertanyaan seputar keragaman genetik manusia. Proyek ini merupakan, nirlaba multi-tahun, penelitian kemitraan global dari National Geographic dan IBM dengan dukungan lapangan oleh Waitt Family Foundation. Inti proyek ini adalah konsorsium global dari sebelas tim ilmiah daerah berikut kerangka etika dan ilmiah dan yang bertanggung jawab atas pengumpulan sampel dan analisis di daerah masing-masing.

Proyek ini terbuka untuk anggota masyarakat untuk berpartisipasi melalui pembelian kit partisipasi publik dari situs di mana mereka dapat memilih untuk menyumbangkan hasil genetik mereka ke database berkembang. Penjualan kit bantuan dana penelitian dan dukungan Dana Legacy bagi masyarakat-masyarakat adat yang dipimpin bahasa dan tradisional proyek-proyek revitalisasi dan budaya.



Sumber : http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/2276/manusia-modern-hijrah-dari-afrika-lewat-arab
Read more

Jumat, 11 November 2011

Kini Dikembangkan Cek Diabetes Dengan Air Mata


Penyandang diabetes harus melakukan pemeriksaan gula darah lebih dari 5 kali dalam sehari karena kadar gula darah memang berubah-ubah. Namun saat ini metode pemeriksaan yang tersedia hanyalah lewat pengambilan contoh darah lewat jarum suntik.

Karena tidak semua orang merasa nyaman dengan jarum suntik, para ilmuwan pun berusaha menciptakan alternatif pemeriksaan gula darah tanpa rasa nyeri. Yang terbaru adalah melalui pemeriksaan air mata yang diciptakan oleh ilmuwan dari Universitas Michigan, AS.

Dalam percobaan yang dilakukan kepada kelinci, terbukti bahwa kadar glukosa yang diketahui dari air mata berkorelasi dengan kadar glukosa dalam darah. Para peneliti itu mengatakan hasil riset ini membuka peluang pada diciptakannya alat deteksi gula darah alternatif.

Sebelum ini juga sudah diciptakan alat deteksi glukosa lewat kulit atau telinga. Jeffrey LaBelle dari Arizona State University bersama dengan peneliti dari Mayo Clinic juga pernah menciptakan teknologi monitor gula darah lewat air mata.

Dengan alat monitor itu sensor disentuhkan ke bagian putih mata selama lima detik untuk mengukur kadar glukosa. menurut LaBelle, ide pengukuran ini sudah ada sejak tahun 1937. Namun kesulitannya adalah menciptakan alat sensor yang sensitif pada contoh cairan yang sangat sedikit.

"Kadar glukosa di air mata biasanya 30-50 kali lebih rendah daripada yang ada di darah. Selain itu volume cairan air mata sangat sedikit," kata LaBelle. Kekurangan lain adalah jika mata ditekan hasil bacaan glukosa bisa tidak akurat karena ia merespon tekanan.

Selain itu, sebelum metode ini dipakai harus disamakan dulu rasio antara glukosa di air mata dengan yang ada di darah pada masing-masing pasien.


Sumber : Live Science
Read more

Sabtu, 22 Oktober 2011

Para Ilmuwan Buat Mesin Pendeteksi Jeruk Busuk


Mesin berteknologi visi buatan (artificial vision) dan sinar ultraviolet (UV) telah dikembangkan untuk membantu mendeteksi buah jeruk yang busuk. Pemeriksaan kualitas jeruk hasil panen ternyata lumayan rumit. Buah jeruk busuk terkadang tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang.

Proses dilakukan melalui penyinaran buah dengan sinar UV. Minyak esensial yang keluar dari kulit jeruk yang busuk akan bereaksi dengan sinar UV, dan menyebabkan area yang busuk mengalami fluoresensi atau berpendar. Namun biarpun besar kemungkinan bahwa jeruk yang berpendar berarti busuk, ada kalanya tidak demikian. Oleh sebab itulah pemeriksaan manual di ruang gelap terkadang diperlukan.

Masalahnya adalah, sinar UV dapat merusak mata dan kulit, sehingga para pekerja diharuskan menggunakan pakaian dan kaca mata khusus. Mereka juga sebaiknya tidak terlalu lama berada di ruang gelap.

Risiko tersebut kemudian coba ditekan dengan mempercayakan pemeriksaan kualitas jeruk kepada mesin, yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Valencian Institute of Agrarian Research di Spanyol.

"Sistem kami menangkap citra buah dari dalam bilik pemeriksaan yang diiluminasi hanya dengan cahaya hitam," kata Jose Blasco, salah seorang peneliti. Ia menambahkan, jika buah terinfeksi, akan tampak titik pendar berupa lingkaran kecil di tengah kegelapan. Mesin kemudian menggunakan teknik penganalisa citra yang dipadukan dengan UV untuk memastikan hasil pemeriksaan.

Kebusukan pada buah hasil panen, ujar Jose, merupakan penyebab utama turunnya laba dalam industri buah segar. Itu sebabnya deteksi buah busuk harus dilakukan sedini mungkin dan memisahkannya dari buah-buah lain dengan segera.

Tim juga mengembangkan mesin lain yang serupa untuk mengklasifikasikan buah jeruk berdasarkan kualitas, warna dan tipe kerusakan yang tampak pada kulit. Semua bisa dilakukan dalam kecepatan 15 sampai 20 buah per detik.


Sumber: BBC
Read more

Senin, 03 Oktober 2011

Diagnosis Penyakit Hati Bisa dengan Selembar Kertas Kecil


Diagnosis suatu penyakit saat ini umumnya menggunakan alat-alat laboratorium yang cukup besar dan mahal. Tapi kini ilmuwan berupaya meringkas alat-alat tersebut sehingga menjadi lebih kecil dan praktis. Mendiagnosa penyakit bisa hanya dengan kertas seukuran perangko.

Tes diagnosis itu dirancang Dr Whitesides di laboratorium kimia Universitas Harvard. Berawal dari penalaran bahwa setetes darah atau urine dapat bergerak melalui selembar kertas saring.

Jika suatu saluran kecil bisa diukir pada kertas saring sehingga tetesan darah atau urine dapat mengikuti saluran yang berisi protein kering dan pewarna kimia, maka kertas kecil seukuran kuku itu bisa menjadi laboratorium mini.

Diagnostics for All, adalah nama perusahaan pribadi milik Dr Whitesides yang didirikan empat tahun lalu di kawasan Brighton Boston dan telah menghasilkan bermacam alat tes, termasuk tes untuk mendiagnosis kerusakan hati.

Tes dengan kertas kecil ini hanya membutuhkan setetes darah dan dapat dibaca oleh mata terlatih hanya dalam waktu 15 menit.

Tes diagnostik menggunakan kertas sebenarnya bukan hal yang baru. Seperangkat tes kehamilan yang menyerap urine dan tes diabetes yang menyerap darah sudah lebih dulu dikembangkan. Tapi Dr Whitesides telah mematenkan cara mengontrol aliran darah melalui beberapa lapisan untuk diagnosis yang lebih kompleks.

"Tes ini telah terbukti keakuratannya pada lebih dari 90 persen sampel darah yang telah disaring oleh laboratorium Beth Israel Deaconess Medical Center, rumah sakit pendidikan di Harvard," kata Una S. Ryan, chief executive Diagnostics for All seperti dikutip dari NYTimes, Senin (3/10/2011).

"Darah segar akan semakin akurat," tambah Dr Ryan yang merupakan ahli biologi ini. Pada akhir tahun nanti, tes ini akan di uji coba di India. Target awalnya adalah pasien AIDS yang mengidap Tuberculosis (TB) yang umumnya menggunakan lebih dari tujuh jenis obat.

"Beberapa obat tersebut merusak hati, dan kematian akibat gagal hati 12 kali lebih umum pada pasien AIDS di Afrika di bandingkan di Amerika. Sedangkan tes kerusakan hati saat ini mahal dan membutuhkan tabung darah." kata Dr Ryan.

Tes kertas ini dikembangkan dari dana hibah sebesar US$ 10 juta dari Bill dan Melinda Gates Foundation.

Untuk saat ini, Dr Whitesides sangat ingin melihat penemuannya dapat benar-benar bermanfaat, teruatama untuk negara-negara miskin dan berkembang.

"Saya akan sangat lega ketika seseorang mengatakan, 'Kami telah menggunakan lebih dari 10.000 buah di klinik kami dan kami pikir alat ini benar-benar hebat. Saya ingin dikirim 50.000 lagi," ujar Dr Whitesides.

Kertas tes diagnostik Dr George Whitesides yang diproduksi untuk mendiagnosa penyakit hati bekerja dengan cara melihat kadar enzim aspartate transaminase atau enzim AST. Enzim ini dilepaskan ketika sel-sel hati rusak.

Mekanisme kerja kertas itu adalah:
  1. Setetes darah menyentuh bagian belakang kertas. Darah merembes melalui membran berpori yang menahan sel darah merah dan sel darah putih yang lebih besar sehingga mebiarkan plasma darah lewat.
  2. Lapisan berikutnya berisi dua bahan kimia kering, salah satunya adalah sistein asam sulfinic, yang secara kimia mirip dengan aspartat, dan asam amino untuk mengikat AST.
  3. AST yang ada dalam plasma darah akan mengikat dua bahan kimia tersebut dan menyebabkan reaksi yang melepaskan ion sulfit, SO3.
  4. Lapisan berikutnya berisi pewarna metil yang akan berubah dari biru menjadi bening jika terkena sulfit. Lapisan ini dicetak di atas kertas merah muda, sehingga pada mulanya terlihat berwarna ungu. Jika warnanya berubah menjadi merah muda cerah, maka darah mengandung AST dalam tingkat yang membahayakan.



Sumber: detikhealth.com
Read more

Sabtu, 01 Oktober 2011

Misteri Buah Ajaib Terungkap


Buah ajaib yang bentuknya seperti cranberi memiliki kemampuan untuk mengubah rasa makanan yang asam atau pahit menjadi manis. Misteri bagaimana buah tersebut mampu mengubah rasa telah berhasil dipecahkan ilmuwan baru-baru ini.

Buah ajaib ini merupakan buah dari tanaman Synsepalum dulcificum yang tumbuh secara alami di Afrika Barat. Khasiatnya yang bisa mengubah rasa makanan yang asam atau pahit menjadi manis sudah lama dikenal penduduk setempat. Namun, tim peneliti dari Jepang dan Perancis lah yang baru bisa menjelaskannya secara ilmiah.

Tim tersebut menumbuhkan sel ginjal manusia dalam sebuah cawan yang dirancang untuk memproduksi protein reseptor rasa manis. Mereka kemudian menambahkan bahan kimia yang menyebabkan sel-sel reseptor menyala ketika diaktifkan. Setelah itu miraculin, protein dalam buah ajaib yang berfungsi mengubah rasa menjadi manis, ditambahkan ke dalam cawan. Terakhir, ditambahkanlah beberapa zat yang memiliki tingkat keasaman (pH) berbeda.

Setelah diamati, miraculin ternyata memiliki tiga dampak berbeda pada reseptor. Pada tingkat keasaman rendah, efeknya terhadap reseptor amat kecil. Sementara pada tingkat keasaman sedang, miraculin mendorong reseptor untuk bereaksi. Dan pada tingkat keasaman tinggi reseptor secara otomatis aktif bereaksi.

Menurut para peneliti, perbedaan dampak itu terjadi karena protein miraculin berubah bentuk saat terkena asam. Semakin tinggi tingkat keasamannya, bentuknya akan semakin berubah. Karena protein terikat amat kuat pada reseptor di lidah manusia, perubahan bentuk protein miraculin mengubah cara resptor lidah bereaksi ketika asam masuk ke mulut. Singkatnya, semakin tinggi pH dalam suatu zat, seseorang akan merasakannya menjadi semakin manis.

Hasil riset yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini membuka kemungkinan diciptakannya pemanis buatan baru. Setelah cara kerja miraculin terungkap, para peneliti berupaya untuk membuat protein tersebut di laboratorium alih-alih hanya bergantung pada sumbernya di alam.



Sumber: Physrog
Read more

Jendela Penghemat Energi Mampu Berubah Warna


Teknologi jendela pintar telah dikembangkan ilmuwan Korea Selatan. Jendela ini bisa berubah warna menyesuaikan suhu di luar ruangan.

Warna jendela akan berubah menjadi lebih gelap saat suhu udara di luar meningkat, dan sebaliknya berubah transparan jika di luar dingin agar bisa menyerap sinar matahari. Meski teknologi serupa sudah ada sebelumnya, pengembangnya meyakinkan bahwa metode yang mereka pakai memungkinkan perubahan warna jendela berlangsung cepat.

Jurnal ACS Nano, media yang memublikasikan hasil penelitian ini menyebut bahwa teknologi jendela pintar ini dapat membantu menghemat energi. "Sistem pengendali cahaya seperti ini bisa jadi pilihan baru untuk penghematan energi untuk keperluan pemanas, pendingin dan penerangan melalui pengelolaan cahaya yang masuk ke dalam rumah," sebut pernyataan ilmuwan dalam jurnal ACS Nano.

Di negara empat musim, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk mencegah bagian dalam bangunan dari pemanasan berlebih dengan cara merefleksikan kembali cahaya matahari yang terlalu banyak masuk saat musim panas. Sementara saat musim dingin, jendela ini bisa menghangatkan ruangan dengan menyerap panas dari sinar matahari.

Teknologi serupa yang ada selama ini menggunakan partikel-partikel yang disebut ion yang ditumpuk diantara panel-panel kaca. Arus listrik kemudian dialirkan untuk mengubah jendela dari gelap menjadi terang, atau sebaliknya.

Teknologi yang diterapkan Ho Sun Lim dari Korea Electronics Technology Institute, Jeong Ho Cho dan Jooyong Kim dari Soongsil University kemudian menggunakan pendekatan berbeda. Mereka menggunakan polimer khusus, partikel berbeda yang dikenal sebagai counterions dan cairan pelarut seperti metanol. Hasilnya adalah kaca yang biaya pembuatannya jauh lebih murah dan kandungan zat beracunnya jauh lebih sedikit. Dengan teknologi ini jendela bisa berubah dari 100 % gelap menjadi terang total dalam hitungan detik.



Sumber: BBC
Read more

Kamis, 29 September 2011

Pakaian Buat Penderita Lumpuh


Penelitian yang didanai Pentagon telah membuat orang tersesat menemukan jalan benar, penderita rabun melihat di kegelapan, dan orang-orang dapat terus berhubungan secara online. Penelitian itu kini membuat para penderita lumpuh bisa berjalan.

Tahun lalu Berkeley Bionics di California memperkenalkan “robot yang bisa dikenakan” bernama eLEGS, diadaptasi dari teknologi yang sedang diujicobakan pada prajurit AS. Pengguna membawa tas punggung berisi baterai dan mikroprosesor, lalu mengenakan kaki bionik dengan sendi bermotor di pinggul dan lutut.

Uji coba dimulai tahun ini. Sementara, eLEGS hanya tersedia bagi pasien dengan tinggi di bawah 188 sentimeter dan berat 100 kilogram dengan tubuh bagian atas yang kuat. Pada 2013, model yang lebih tangguh dan fleksibel mungkin akan tercipta.
Read more

Jumat, 16 September 2011

Komputer Super Mampu Meramal Berdasarkan Berita


Sebuah komputer dengan kemampuan super mampu meramal masa depan berdasarkan data yang diolah dari berita-berita dunia.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dengan memasukkan jutaan berita terkait kondisi nasional yang ricuh di Libia dan Mesir, sebuah komputer super mampu meramal kejadian-kejadian besar yang akan terjadi di masa mendatang.

Kalev Leetaru, dari Institute for Computing in the Humanities, Arts and Social Science, University of Illinois menjelaskan bahwa berita yang dilibatkan dalam penelitian diambil dari berbagai sumber termasuk media yang dikelola pemerintah AS Open Source Centre dan BBC Monitoring, keduanya memonitor berita dari media-media lokal di seluruh dunia.

Arsip berita online juga dianalisa seperti berita-berita di New York Times sejak tahun 1945. Secara keseluruhan, Leetaru mengumpulkan lebih dari 100 juta arsip berita.

Berita-berita dianalisa dalam dua tipe informasi yaitu: mood -- artikel yang mewakili berita baik atau buruk, dan lokasi -- di mana sebuah kejadian terjadi dan lokasi orang-orang yang ada dalam berita.

Deteksi mood mencari kata-kata seperti "terrible", "horrific" atau "nice". Lokasi mengumpulkan keterangan tempat secara spesifik seperti misalnya "Kairo" dan mengubahnya dalam bentuk koordinat yang kemudian dipetakan pada sebuah peta. Analisis elemen-elemen berita kemudian digunakan untuk membuat sebuah jejaring yang menghubungkan 100 triliun relasi.

Komputer super yang digunakan adalah SGI Altix, yang juga disebut Nautilus, yang ada di University of Tennessee. Komputer yang diotaki 1024 Intel Nehalem itu memiliki daya pemrosesan sebesar 8,2 teraflops (1 triliun operasi floating point per detik).

Berdasarkan data tertentu, Nautilus dapat menghasilkan grafik untuk sejumlah negara yang mengalami apa yang disebut "Arab Spring" -- istilah yang dipakai media untuk menggambarkan arus demonstrasi yang marak terjadi di negara-negara Arab. Dalam masing-masing kasus, hasil yang diagregasi dari ribuan berita menunjukkan adanya sentimen mendalam baik dari dalam negeri maupun seperti yang diberitakan dari luar.

Untuk Mesir, nada pemberitaan media di bulan-bulan sebelum lengsernya Presiden Hosni Mubarak hanya pernah terdengar rendah dua kali selama 30 tahun kekauasaan. Berdasarkan grafik yang dihasilkan komputer, Leetaru menjelaskan bahwa saat ini sedang terjadi sesuatu yang tak terduga.

Hasil penelitian Leetaru dipublikasikan di jurnal First Monday. Leetaru berharap pihaknya dapat meningkatkan kemampuan analisis sistem, khususnya yang berhubungan dengan lokasi geografis.

"Interasi selanjutnya adalah pada tahapan kota dan sekitarnya dan meneliti kelompok-kelompok individual dan bagaimana mereka berinteraksi," kata Leetaru.



Sumber: BBC
Read more

Sabtu, 10 September 2011

Laser Bisa Digunakan untuk Menurunkan Hujan Buatan


Obsesi manusia untuk membuat hujan buatan terus berlanjut. Kini, para peneliti mengatakan bahwa mereka bakal bisa menciptakan titik-titik air dengan menggunakan sinar laser berkekuatan tinggi.

Menggunakan teknik yang disebut dengan laser-assisted water condensation (pengembunan air dibantu laser), tim peneliti dari Inggris tersebut juga bisa mengungkap rahasia siklus air dan membantu manusia memutuskan kapan dan di mana hujan bisa diturunkan.

Teknik ini terbilang segar dan "aman". Sebelumnya, ide membuat hujan buatan dengan teknik "mengumpan awan" dipandang tidak ramah lingkungan. Pasalnya, partikel kimia yang digunakan dalam proses itu (es kering dan perak iodida) dianggap tidak ramah lingkungan. Sementara teknik laser ini menggunakan tingkat kelembapan dan kondisi atmosfer yang alami untuk menciptakan titik-titik air.

"Laser bisa digunakan secara terus-menerus, mudah diarahkan, dan tidak menyebarkan perak iodida dalam jumlah banyak ke atmosfer," kata ahli fisika Jerome Kasparian dari University of Geneva. Teknik ini, imbuhnya, juga memungkinkan kita menghidup-matikan laser kapan pun kita mau, memudahkan dalam mengevaluasi dampak-dampaknya.

Tim peneliti melakukan percobaan dengan laser ini di tepi Sungai Rhone, dekat Danau Geneva, setelah membangun instalasi laser raksasa bergerak. Setelah 133 jam menembakkan sinar laser berintensitas tinggi, yang menciptakan partikel asam nitrat di udara, menghasilkan ikatan antarmolekul air dan menghasilkan tetes-tetes air. Meski belum benar-benar menurunkan hujan, tim ilmuwan optimistis bisa memanipulasi kondisi cuaca.

Ide mengubah dan mengontrol cuaca bukanlah gagasan baru. Pada 1946, Vincent Schaefer mengembangkan teknik mengumpan awan (cloud-seeding), yang masih digunakan sampai sekarang. Di China, pemerintahnya mengoperasikan sistem pengumpan awan terbesar di dunia untuk menciptakan hujan di wilayah-wilayah yang tandus, bahkan di Beijing.


Sumber: Daily Mail
Read more

Mikroskop Portabel Deteksi Bakteri dengan Hologram


Sebuah mikroskop hologram yang bisa mendeteksi E.Coli dan bakteri lainnya tengah dikembangkan oleh para peneliti di Amerika Serikat. Mikroskop ini ringkas dan murah harganya.

Tidak seperti mikroskop pada umumnya yang menggunakan lensa, perangkat yang bisa digenggam ini menggunakan laser untuk mengidentifikasi bakteri di air, makanan atau darah. Citra yang dihasilkan bisa disimpan di ponsel, laptop, atau bahkan diunggah ke server internet untuk analisa lebih lanjut. Dibutuhkan biaya sekitar 100 dolar untuk membuatnya.

Perangkat ini dilengkapi dua mode pengoperasian: mode transmisi yang bisa menganalisa cairan seperti air dan darah, dan mode refleksi yang menghasilkan citra hologram dari permukaan yang lebih padat.

"Mode transmisi bagus digunakan untuk mencari benda-benda transparan seperti sel," kata Dr Karl Ryder dari Advanced Microscopy Centre, Leicester University.

"Akan tetapi, jika kita ingin meneliti objek yang lebih padat, mode transmisi tidak bisa digunakan, karena cahaya tidak bisa menembusnya," tambahnya.

Pada mode refleksi, mikroskop menggunakan holografi untuk membuat citra tiga dimensi dari sampel yang diteliti. Diperlukan laser yang cahayanya dipisah jadi dua dengan menggunakan cermin. Salah satu cahaya lalu digunakan untuk mengiluminasi sampel yang akan diteliti. Kedua cahaya lalu dikombinasi ulang dengan perhitungan matematis sehingga didapat citra tiga dimensi dari sampel tersebut.

Kunci kecanggihan mikroskop ini terletak pada penggunaan komponen elektronik yang relatif lebih murah dibanding lensa-lensa mahal. Alat yang digunakan adalah sebuah sensor foto digital yang jamak ditemukan pada berbagai perangkat seperti iPhone dan Blackberry. Harganya hanya 15 dolar.

"Tidak ada optik sama sekali. Mikroskop ini dibuat dengan sangat kecil untuk mengamati sampel berukuran kecil. Dengan begitu tidak perlu fokus yang kompleks," kata Dr Karl.

Para ilmuwan berharap teknologi ini akan memudahkan dunia kesehatan dalam hal ketersediaan perangkat diagnosa yang canggih. Dengan sedikit pelatihan, para dokter bisa memanfaatkan alat ini untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil.

Informasi lengkap tentang mikroskop yang dibuat oleh University of California, Los Angeles (UCLA) ini dimuat di jurnal Biomedical Optics Express.



Sumber : BBC
Read more

Rabu, 24 Agustus 2011

Alam Semesta Meredup


Alam semesta sekarang lebih gelap dibandingkan dulu. Hal ini dikarenakan alam semesta menghasilkan bintang lebih sedikit akibat galaksi mulai kehabisan gas. Demikian penelitian oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).

Robert Braun dari CSIRO meneliti beberapa galaksi jauh dan membandingkannya dengan galaksi-galaksi terdekat. Peneliti menemukan galaksi saat masa pembentukan dulu memiliki molekul hidrogen lebih banyak dibandingkan dengan galaksi masa kini. Karena bintang terbentuk dari hidrogen, jika semakin sedikit hidrogen yang ada, maka semakin sedikit bintang yang terbentuk. "Penelitian ini memberikan kita informasi mengapa alam semesta mulai redup dan kehilangan cahayanya," ungkap Braun.

Masalah utamanya adalah bagaimana galaksi dapat mendapat gas dari luar. "Gas masuk ke galaksi melalui ruang antargalaksi. dua pertiganya masih ditemukan di ruang tersebut, hanya sepertiga yang membentuk galaksi," ungkap astronom. Dua per tiga gas yang ada di ruang antargalaksi menciptakan planet, planet kerdil, dan bintang neutron.

Tersendatnya gas di dalam ruang antargalaksi tercipta saat Energi Gelap (Dark Energy) mulai menjajah alam semesta. "Kecepatan Energi Gelap itu akan membuat galaksi semakin sulit menciptakan bintang," papar Braun. "Jadi, molekul gas yang digunakan mengalami penurunan yang cukup cepat. Selama interval waktu yang kami pelajari, penurunan itu semakin cepat," tambahnya.


Sumber: Physorg
Read more

Internet Paling Bisa Diandalkan Saat Bencana


Saat terjadi bencana, langkah pertama yang dilakukan seseorang biasanya adalah menelepon untuk mencari tahu kabar orang-orang terdekat. Langkah tersebut sebenarnya kurang tepat. Saran terbaik adalah segera mengubungkan diri ke internet. Kenapa?

Saat-saat setelah gempa, gunung meletus atau musibah lain seperti teror bom, infrastruktur telepon baik telepon kabel maupun selular terbukti paling cepat lumpuh. Itu karena sistem telepon tidak dirancang untuk melayani banyak percakapan sekaligus. Setiap percakapan telepon butuh sirkuit yang berbeda , dan tidak bisa disela begitu percakapan berlangsung. Sistem ini disebut "circuit switched", keunggulannya terletak pada kualitas percakapan yang tidak akan disela atau putus di tengah jalan. Kelemahannya? Tidak mampu menampung banyak koneksi.

Alternatif lain dari komunikasi suara via telepon adalah dengan mengirim pesan pendek (pesan SMS). Cara ini dianggap lebih baik karena pesan pendek membutuhkan lebih sedikit bandwidth dibanding suara. Akan tetapi banjir pesan pendek tetap bisa melumpuhkan infrastruktur teleponi. Para peneliti mendapati bahwa sistem "simpan dan teruskan" yang dipakai dalam pengiriman pesan bisa menyebabkan penyampaian pesan terlambat. Hal itu terjadi karena operator pengirim akan menyimpan pesan sampai saluran telepon penerima berada dalam jaringannya.

Kasusnya akan berbeda pada internet. Mungkin terlalu berlebihan mengatakan internet akan tetap bertahan saat perang nuklir, tapi internet dirancang untuk bisa mengalihkan jalur saat terjadi mati listrik dan putus koneksi. Hal itu dilakukan dengan melakukan pemecahan bit-bit data menjadi paket-paket kecil, yang ditandai dengan setiap tujuan, untuk kemudian dikirim melalui jalur tercepat yang paling memungkinkan.

Sistem komunikasi seperti di atas disebut "packet switched". Sistem ini memang tidak memungkinkan kita menerima pesan--baik yang berbentuk suara, teks, gambar, maupun video--tanpa putus-putus. Akan tetapi untuk kondisi darurat, jalur inilah yang terbaik.


Sumber: NGI
Read more

Rabu, 17 Agustus 2011

Bumi Sebenarnya Tak Perlu Bulan


Simulasi stabilitas Bumi untuk berputar pada porosnya menunjukkan bahwa sebenarnya Bumi tak perlu Bulan. Dalam artian, tanpa kehadiran Bulan pun, dinamika Bumi tetap stabil sesuai simulasi tersebut.

"Bulan yang besar memang bisa menstabilkan planet. Tapi dalam banyak kasus, hal itu tak dibutuhkan," ungkap Jason Bames, astronom University of Idaho yang melakukan simulasi itu.

Bulan yang relatif besar saja yakni beberapa ratus lebih kecil dibandingkan Bumi tidak terlalu besar pengaruhnya. Bandingkan dengan satelit Phobos milik Mars yang ukurannya 60 juta kali lebih kecil daripada Bulan.

Astronom percaya, efek Bulan pada stabilitas rotasi Bumi tak sebesar yang diperkirakan. Tanpa Bulan, kemiringan Bumi hanya akan berubah sebesar 10 hingga 20 derajat dalam kurun waktu 500 juta tahun.

Perubahan itu memang bisa berdampak pada iklim. Namun, dampak iklim yang ada tak akan terjadi secara luas sehingga tidak mengganggu proses evolusi makhluk hidup.

Astronom pun percaya, Bulan juga tidak dibutuhkan oleh planet lain di semesta yang berpotensi mendukung kehidupan.

Mereka justru percaya, tanpa planet lain seperti Jupiter, perubahan kemiringan Bumi justru akan terjadi secara liar. "Ini karena Jupiter sangat masif," kata Bames seperti dikutip situs Daily Mail, Kamis (11/8/2011) lalu.

Hasil simulasi ini berbeda dengan teori yang berkembang. Selama ini dipercaya bahwa tanpa Bulan, kemiringan Bumi akan terus berubah dan perubahan iklim yang besar akan terjadi. Matahari mungkin bersinar di kutub dan mencairkan es sehingga berpengaruh pada evolusi makhluk hidup.

Hasil penelitian Bames dipublikasikan di jurnal Astrobiology Magazine bulan ini.



Sumber: dailymail.co.uk
Read more

Minggu, 07 Agustus 2011

Karpet Terbang dari Polandia


"Karpet terbang" berhasil diciptakan oleh dua mahasiswa dari Academy of Fine Arts di Wroclaw, Polandia. Bukan karpet terbang seperti di film kisah 1001 malam, tapi karpet yang diberinama "Allawan" tersebut hanya memberikan sensasi terbang pada orang yang duduk di atasnya.

Mereka meletakkan karpet di atas kotak dengan sistem cermin khusus sehingga ketika dipandang karpet tampak seperti melayang. "Kami mendapatkan efek ini setelah melakukan banyak eksperimen dengan cermin dan peralatan lainnya," kata Kamil Laszuk, salah satu mahasiswa peneliti.

"Anda bisa menggunakannya untuk tempat duduk beberapa orang, lounger, ganjal kaki maupun meja," kata Laszuk. Karpet bisa diletakkan di mana saja, mulai dari ruang keluarga untuk bersantai hingga gurun Sahara untuk bergaya seolah sedang terbang.

Menurut Laszuk, trik yang sama juga bisa diaplikasikan pada perabot rumah lain sehingga akan tercipta lebih banyak perabot terbang. "Kami yakin belum ada seorang pun yang menemukan efek ini dan menggunakannya dalam desain furnitur kecuali kami," kata Laszuk.


Sumber: kompas.com
Source: NGI
Read more

Mengendalikan Rem Mobil dengan Otak


Hanya dengan berpikir saja, pengendara bisa menghentikan kendaraannya. Teknologi tersebut dimungkinkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Berlin Institute for Technology. Dengan sistem ini, jarak pengereman pun berkurang hingga 3 meter sehingga kecelakaan bisa dihindari.

Teknologi ini memang masih dalam tahap penelitian, tapi kedepannya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk alat bantu keselamatan saat berkendara. Dalam penelitiannya, para peneliti dari Berlin Institute for Technology menggunakan teknologi electroencephalography (EEG) untuk menganalisa sinyal otak para pengemudi.

Peneliti juga mencatat bahwa pada kecepatan 100km/jam, jarak pengereman berkurang sampai 3,66 meter sebelum kendaraan benar-benar berhenti. "Kami tahu bahwa segala macam niat tercetus di otak. Jadi tidak mengherankan jika niat mengerem pun tampak di otak," kata Ilmuwan komputer Stefan Haufe.

Pimpinan peneliti Benjamin Blankertz menambahkan, "Prosesnya cukup panjang, mulai dari kemunculan proses pengenalan pertama kali, pembentukan niat, sampai akhirnya otot mulai bergerak."

Penelitian melibatkan 18 relawan yang diminta berkendara di simulator. Mereka diminta menjaga jarak 20 meter dengan kendaraan di depannya yang beberapa kali mengerem mendadak dalam jangka waktu acak. Sistem mendeteksi niat mengerem para pengendara, dan mencatat bahwa niat mengerem muncul 13/100 detik sebelum pengendara benar-benar menginjak rem.

Para relawan juga dilengkapi alat untuk menganalisis tekanan di kaki bagian bawah untuk mendeteksi sinyal pertama dari gerakan kaki sebelum mereka melepas pedal gas dan menginjak rem. Data tersebut memungkinkan para ilmuwan mengolah informasi EEG untuk menentukan bagian otak yang menjadi kunci pengereman. Mereka lalu memperbaiki sistem deteksi.

Blankertz menjelaskan, masih ada beberapa penelitian yang harus dilakukan sebelum EEG bisa digunakan sebagai sistem pengamanan berkendara di kehidupan nyata. Saat ini, sistem mengharuskan pengendara mengenakan pembungkus kepala berbahan plastik yang dilengkapi 64 titik elektroda dan gel konduktif. "Tidak nyaman dikenakan, terlebih karena pengendara harus mencuci kepala dulu untuk menghilangkan gel yang menempel di rambut," kata peneliti.

Blankertz menekankan masih ada penelitian tambahan lain untuk memilah niat palsu--untuk menghindari kesalahan mesin membaca sinyal otak dari pengendara dan melakukan pengereman yang tak perlu.


Sumber: NGI
Read more

Rabu, 03 Agustus 2011

Robot yang Dapat Berpikir Sendiri


Tim peneliti Hasegawa Group di Tokyo Institute of Technology mengembangkan robot yang punya kemampuan untuk berpikir secara mandiri.

Robot tersebut menggunakan teknologi yang disebut Self-Organising Incremental Neural Network (SOINN) sehingga sanggup mengambil keputusan saat menjalankan tugas-tugasnya yang belum selesai. Ketika dihadapkan pada satu tugas baru, robot ini bisa diajari cara penyelesaian. Petunjuk tersebut secara otomatis tersimpan di ingatannya.

"Sejauh ini robot-robot yang ada, termasuk robot industri, dapat melakukan tugas-tugas spesifik dengan cepat dan akurat. Namun jika lingkungan mereka berubah sedikit saja, robot tidak mampu merespon, menyesuaikan," kata Osamu Hasegawa, ilmuwan yang turut mengembangkan teknologi SOINN di laboratorium, menjelaskan latar belakang pembuatan robot.

Robot SOINN, apabila berhasil tercipta, mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. "Robot ini memakai pengalaman masa lalunya untuk menebak dan memikirkan apa yang harus ia lakukan. Makanya, pada robot dilengkapi semacam memori input data yang terorganisasi," jelas Osamu.

Ia menambahkan, sistem juga akan terhubung dengan internet supaya para robot dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga saling membantu dalam pekerjaan mereka.



Sumber: Wired
Read more
Prev home
 

Followers


SEO Stats powered by MyPagerank.Net
free counters

100 Blog Indonesia Terbaik
News & Media Blogs - BlogCatalog Blog Directory

DMCA.com
jack in the box Copyright © 2011 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template edit by Imzzt

Back to Top