-->
#NovemberSpeak: Lakukan hal-hal yang selalu Anda inginkan sekarang juga. Atau buatlah rencana-rencana sekarang. Atau programkan pikiran bawah sadar sekarang. Bukan besok! Selamat Datang di jackbox.tk..Jack In The Box merupakan blog sharing dan berbagi yang memberikan artikel-artikel menarik dan inspiratif seperti artikel kesehatan,artikel pendidikan,artikel motivasi,artikel bahasa inggris,artikel lingkungan hidup,artikel islam,artikel menarik,artikel komputer,artikel cinta,tv online,berita,tips,trik,info,teknologi,film serta memberikan informasi,kejadian aneh,unik,life style, berita pilihan terkini secara gratis...Enjoy Here!!! >> ( dicari artikel yang menarik dan original yang belum dipublikasikan sebelumnya untuk dipublikasikan di blog ini, segera kirim ke email: im_zzt@yahoo.co.id ) @ Jack In The Box indonesia blogger .

Selasa, 30 Agustus 2011

Beranda » » » » Lebaran Berbeda, Bukti Keagungan Allah

Lebaran Berbeda, Bukti Keagungan Allah

artikel lebaran
Ketika kembali menghadapi perbedaan (berakhirnya ramadan) atau mengawali bulan Syawal–alias Hari Raya Idul Fitri–penulis bersyukur Alhamdulillah. Dan mengucap Allahu Akbar. Karena hakikatnya yang menyebabkan perbedaan ini adalah Allah semata. Dan tak masalah berbeda pula. Yang utama adalah mengambil hikmahnya. Perbedaan ini tetap memiliki “NILAI”, kualitas ibadah kita karena ILMU-IMAN. Bukan karena “ikut-ikutan” alias taklid–tanpa tahu ilmunya.

Allah yang menyebabkan perbedaan? Ya, perbedaan pergeseran benda-benda langit. Bulan. Bumi. Matahari. Karena pergeseran bumi berputar sambil mengitari orbit mengelilingi Matahari terjadilah Malam dan Siang. Itu tanda-tanda Kekuasaan Allah. Karena Bulan mengelilingi Bumi. Terjadilah bentuk-bentuk bulan berubah-ubah, karena perbedaan Manzilah (posisi)nya, seperti “Tanda kurma Tua” ( bentuk bulan tua). Demikian firman Allah QS Yasin:39.

Adapun bentuk bulan muda (bulan baru), tersirat dalam QS Yasin:40. Bahwa pergerakan Bumi mengelilingi Matahari dalam satu putaran 360 derajat—tidak akan bisa melampaui kecepatan pergerakan Bulan dalam mengitari Bumi. Seperti halnya Malam tak bisa mengejar Siang. Masing-masing pada garis edarnya.

Memang pergerakan Bumi mengitari Matahari kecepatannya 360 derajat dibagi 365 hari, kurang dari 1 derajat.

Bulan mengitari Bumi kecepatannya 360 derajat dibagi 29,53 hari. Rata-rata kecepatan Bulan 12 derajat lebih selisihnya dari Gerakan Bumi.

Pergerakan ini dalam saat tertentu terjadilah posisi kesejajaran kedudukan Bulan dan Bumi dalam satu garis yang sama, itulah disebut saat Ijtima (Kebersamaan). Yang setiap bulan terjadi. Yang dalam posisi-posisi tertentu kedudukan kesejajaran ini kadang menimbulkan posisi yang disebut Gerhana.

Kedudukan yang disebut Ijtima inilah artinya, posisi Bulan dan Matahari sejajar. Perbedaannya nol derajat. Yaitu posisi dimana Bulan lama (bulan tua) bergerak cepat untuk mendahului kembali posisi Matahari. Karena ketika posisi bulan tua–yang seperti “tanda tua” dalam QS Yasin:39–itu kedudukan Bulan ada di sebelah Barat Matahari, ketika terbenam (Maghrib). Artinya Bulan terbenam lebih dulu dari Matahari.

Sementara “Bulan Baru” itu posisi Bulan sudah melewati posisi Matahari–sehingga sudah ada di sebelah Timur posisi Matahari (ketika Maghrib). Inilah yang disebut/didefinisikan BULAN BARU (NEW MOON) dalam perhitungan bulan Hijriyah (Qomariyah).

Jadi bukan berapa derajatnya posisi Bulan sebelah Timur kedudukan Matahari. Tapi tanggal 1 BULAN BARU (NEW MOON) Hijriyah itu bagaimana kita TAHU (”menyaksikan”) bahwa bulan BARU SUDAH HADIR. Inilah yang diisaratkan oleh firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat 185:”…Faman syaHida minkum al-Syahra falyasumhu…” (Barangsiapa Menyaksikan sudah masuk bulan Ramadan maka berpuasalah!).

Menarik dicermati. ungkapan pilihan katanya: SYAHIDA dan SYAHRA. SYAHIDA yang seakar kata dengan SYAHADAT. Kesaksian. Makna kata Syahadat adalah kita bersaksi bahwa Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Meskipun kita tak melihat Nabi Muhammad dan tak akan mampu melihat Allah. Karena hakikatnya Allah itu Wujud dan Muhammad saw itu sudah wujud–sudah ada–karena ilmu menyatakan bukti-bukti kewujudannya.

Kalimat ini pula, rupanya yang mengisaratkan bahwa penentuan tanggal 1 bulan Hijriyah (Muharam-Safar-Rabiul Awal-Rabiul Akhir-Jumadil Awal-Jumadil Akhir-Rajab-Sya’ban-Ramadan-Syawal-Zul Qo’dah-Zulhijjah) itu tidak mesti dengan RUKYAT saja–sebagaimana hadits nabi saw:”inna ummatun ummiyatun, la naktubu wa la nahsubu. Al Syahru kakadza wa hakadza wa asyara biyadihi” (Kita adalah umat yang ummi, tidak dapat menulis dan berhitung. Bulan itu seperti ini dan seperti ini) nabi berisyarat dengan menggunakan tangganya. Yang menunjukan bahwa satu bulan itu 29 atau 30 hari. Dalam hadits lain dinyatakan berpuasa 29 hari, yang kemudian bila “tidak bisa melihat bulan (hilal)” maka disempurnakan jadi 30 hari.

Keterangan ini memberi isyarat bahwa dalam mementukan bulan baru biasanya nabi seperti kondisi sosial budaya masyarakat Arab waktu itu dengan RUKYAT. Melihat hilal (bulan sabit). Sementara ayat-ayat Al-Qur’an mengisyaratkan pula sifatnya yang universal sepanjang zaman.

Dengan demikian, menurut hemat penulis sesungguhnya yang menjadikan adanya perbedaan tanggal 1 bulan Syawal, ramadan, Idul Qurban dan bulan lainnya adalah karena perbedaan DEFINISI tanggal 1.

Penulis sendiri meyakini bahwa tanggal 1 bulan Hijriyah itu, bila kedudukan BULAN BARU sudah ada SEBELAH TIMUR posisi Matahari (saat terbenam). Jika sudah ada di posisi SEBELAH TIMUR matahari, malam itu itulah sudah masuk tanggal 1–karena dalam bulan Islam dimulai sejak maghrib/malam. Jika posisi bulan masih di SEBELAH BARAT Matahari saat Magrib, artinya malam itu masih BULAN LAMA /tanggal 29 ditambahkan 1 jadi 30 hari. Jadi tak jadi soal 1 derajat, 2 derajat, 3 derajat dll. Yang pentung sudah di atas garis ufuk barat (garis batas terbenam Matahari), sebagai posisi yang menunjukan SUDAH DI SEBELAH TIMUR posisi Matahari.

Ilustrasinya, seperti kesaksian dalam Syahadat. yang tidak mesti melihat dengan mata kepala secara lahir. tapi meyakini secara ilmu. bahwa Nabi sudah ada (wujud).

Apakah kebetulan sama dengan yang pandangan lain–seperti Muhammadiyah–misalnya, ya itu kebetulan saja kali. Karena remaja, penulis sudah belajar ilmu hisab secara sederhana.

Dan sedang belajar untuk menjalankan ibadah dengan mengetahui sumber dasar pengamalannya. Bukan karena ikut-ikutan saja. Sedang belajar “ITTIBA” seperti definisinya Ittiba, Al-qabululqaulul qaa-ili wa anta ta’lamu ,in aena akhodnahu (membenarkan/mengikuti ucapan dengan tahu ilmu/sumbernya dari mana). Sedangkan TAQLID adalah mengikuti sesuatu, sementara kita tidak belajar/tidak tahu darimana sumbernya.

Jadi kembali ke keyakinan yang berdasarkan ilmu.

Perbedaan tidak jadi soal, bagi yang berilmu. Akan tetap saling menghormati, toleransi (tasamuh).

Sehingga selepas puasa, tetap bisa berLEBARAN. Membuka ruang hati berjiwa LEBAR. saling menghormati saling memaafkan.


Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/29/lebaran-berbeda-bukti-keagungan-allah/


Description: Lebaran Berbeda, Bukti Keagungan Allah Rating: 5.0 Reviewer: sebelas em ItemReviewed: Lebaran Berbeda, Bukti Keagungan Allah

Posting Komentar

Catatan :
Berkomentar dengan menggunakan kalimat yang baik dan santun.
Dimohon untuk tidak berkomentar SPAM.
Link hidup dalam komentar akan terhapus secara otomatis.

Rate this post
thank's :)
Next Prev home
 

Followers


SEO Stats powered by MyPagerank.Net
free counters

100 Blog Indonesia Terbaik
News & Media Blogs - BlogCatalog Blog Directory

DMCA.com
jack in the box Copyright © 2011 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template edit by Imzzt

Back to Top