Rabu, 18 Mei 2011
Puluhan Tahun Talaud Terjajah
SEPERTI tubuh tanpa aliran darah, begitulah gambaran pembangunan perbatasan di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara.
Tokoh masyarakat Talaud, Max Siso (57), mengartikan darah adalah bensin, solar dan minyak tanah, yang tidak pernah tercukupkan selama puluhan tahun. Perlu solusi permanen, tetapi kapan?
Di tengah isu kemiskinan melilit warga perbatasan, harga bensin, solar, dan minyak tanah di Kabupaten Talaud berfluktuasi sepanjang waktu. Kegalauan orang Talaud terhadap BBM seolah tak pernah berakhir.
Pemantauan Minggu (8/5) menunjukka, harga bensin di Melonguane, ibu kota kabupaten, Rp 8.000 sampai dengan Rp 10.000 per liter. Harga yang sama berlaku di Kota Kecamatan Lirung, bensin dijual Rp. 8.000. Akan tetapi di Pulau Mangaran, yang terletak sekitar tiga jam perjalanan dari Melonguane dengan perahu motor, harga bensin mencapai Rp 15.000.
Sepekan sebelumnya harga bensin di Melonguane sempat stabil pada kisaran Rp 7.000, tetapi sekarang bergerak naik menyusul kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Masyarakat miskin di Talaud menganggap bensin Rp 7.000 adalah yang termurah.
Menurut catatan Kompas, pada Agustus tahun 2008, kehidupan Talaud lumpuh akibat persediaan BBM habis. Seluruh moda transportasi laut dan darat serta aktivitas nelayan selama dua pekan tak berjalan.
Akibatnya seluruh pembangunan proyek prasarana fisik di kawasan perbatasan, nilainya Rp 170 miliar lebih, ikut terhenti. Selain akibat suplai bahan bakar minyak terbatas, kondisi ini diperparah oleh ganasnya gelombang laut di wilayah perairan perbatasan pada waktu itu.
Max Siso mengatakan, kehidupan masyarakat miskin perbatasan berbanding terbalik dengan masyarakat kota. Orang kaya di Jakarta masih menikmati harga bensin Rp 4.500, tetapi warga Talaud harus membeli dua kali lipat.
"Kami benar-benar terjajah oleh BBM. Puluhan tahun kami tak pernah mendapat bensin yang cukup," tandas Max Siso. Kesulitan bahan bakar minyak telah terjadi sejak dekade tahun 1970-an.
Menurut Max Siso, merumuskan pembangunan di Kabupaten Talaud tak cukup dengan pembangunan prasarana fisik. Pembangunan harus dimulai dengan ketersediaan BBM yang cukup. "Tanpa itu semuanya nyaris tak ada guna. Jika pembangunan menyentuh lapisan masyarakat paling kecil, berilah kami BBM yang cukup," katanya.
Sebagian nelayan
Ketergantungan masyarakat atas bensin, solar, dan minyak tanah cukup tinggi. Di samping kebutuhan untuk moda tranportasi laut, masyarakat memerlukan bensin atas pemenuhan kehidupan sebagai nelayan.
Kabupaten Talaud memiliki 100 lebih pulau, yang tersebar dari gugusan Nanusa (Miangas) hingga Salibabu. Pulau-pulau dihubungkan dengan perahu pamboat bermesin fuso atau motor laut mesin ketinting.
Menurut Dogmapudi Mangetik dari LSM Perbatasan, sebagian dari sekitar 85.000 penduduk Kabupaten Talaud adalah nelayan, dan hanya 20 persen yang bekerja di sektor perkebunan.
Bensin, minyak tanah, dan solar menjadi kebutuhan pokok masyarakat perbatasan. BBM itu sangat dibutuhkan masyarakat untuk bepergian ataupun mencari ikan di laut menggunakan perahu motor.
Akan tetapi bahan pokok selalu saja susah diperoleh. Suplai BBM ke perbatasan sangat terbatas. Masyarakat lebih sengsara setelah pemerintah oada tahun 2007 melalui kebijakan Menteri Perhubungan melarang warga membawa BBM di atas kapal perintis, meski hanya satu jerigen.
"Bayangkan, kami tak diizinkan membawa minyak tanah satu jeriken pun. Tanpa BBM hidup kami terasing. Kami tak dapat ke mana-mana," tambah Nelson Banerah, warga Miangas.
Di Miangas, pernah terjadi pemandangan memilukan. Masyarakat yang menjadi penumpang kapal perintis harus berlompatan ke laut dari atas kapal, karena perahu motor pejemput penumpang kehabisan bensin. Pada waktu itu, kapal perintis gagal sandar di Dermaga Miangas karena ombak dan angin kencang.
Tahun 2007, harga BBM sempat normal pada harga Rp 6.000 di wilayah Melonguane, Lirung, dan Beo, ketika tahun 2007 Bupati Talaud Elly Lasut mengeluarkan SK Bupati tanggal 4 Juni mengenai harga eceran nyata (HEN).
Harga bensin dan solar dipatok Rp 6.000 per liter dari harga resmi Rp 4.500, dan harga minyak tanah Rp 4.000 dari Rp 2.000. Setahun kemudian bupati meninjau kembali penetapan HEN melalui SK tertanggal 2 Juni 2008, dengan menetapkan bensin dan solar menjadi Rp 7.000 per liter dan minyak tanah Rp 4.500.
Bagi masyarakat, SK bupati seperti pil penenang harga BBM yang terus bergejolak di Talaud. Akan tetapi SK HEN Bupati Talaud dianggap menyalahi kewenangan.
Tiba Parangka dari Sulut Corruption Watch mengatakan, bupati merampok uang masyarakat melalui harga HEN. SK harus dicabut, karena melanggar kewenangan pemerintah pusat.
Akan tetapi Lasut berdalih, penetapan HEN untuk mengendalikan perdagangan liar BBM. Harga HEN dihitung berdasarkan harga pembelian BBM di Depo Pertamina Bitung, ditambah ongkos angkut. Jarak BitungTalaud sekitar 180 mil ditempuh dengan perjalanan kapal laut selama 18 jam.
Suplai tak cukup
Manajer penjualan PT Pertamina Cabang Manado, Irwansyah, mengatakan, dalam satu bulan suplai bensin mencapai 250 kiloliter, solar 90 kiloliter, dan minyak tanah 425 kiloliter. Ia menyebut suplai ke Talaud sesuai penetapan kantor pusat.
Sekarang Pertamina tengah membangun prasarana AMPS (Agen Premium Minyak Solar) di Melonguane. Dengan AMPS maka kemungkinan jatah bensin bertambah 100 kiloliter dan solar 30 kiloliter.
Irwansyah mengatakan, Talaud tidak masuk kriteria untuk membangun SPBU karena kebutuhan bensin harus 10 kiloliter setiap hari. "AMPS rasanya sudah cukup, mudah-mudahan pemerintah Talaud dapat mengatur secara baik mencukupkan kebutuhan masyarakat," katanya.
Perhitungan pemerintah Talaud malah menyebut bensin seharusnya di atas 400 kiloliter, seiring bertambahnya mobilitas ekonomi antarpulau dan jumlah penduduk Talaud. Demikian halnya kebutuhan minyak tanah harus menjadi 500 kilo liter.
Jemmy Gagola Asisten II Bbidang Ekonomi Pemerintah Kabupaten Talaud menambahkan, semestinya mereka mendapat perlakuan khusus untuk daerah-daerah terpencil. Apalagi Talaud apalagi letaknya berada di wilayah perbatasan dengan Filipina. Namun perlakuan tak kunjung datang, kendati pejabat pusat silih berganti mengunjungi Talaud.
Hidup seperti tak ada pilihan di Talaud ketika bensin, solar, dan minyak tanah habis. Mereka masih terjajah BBM, entah kapan hidup merdeka. Description: Puluhan Tahun Talaud Terjajah Rating: 5.0 Reviewer: sebelas em ItemReviewed: Puluhan Tahun Talaud Terjajah
Ditulis Oleh : sebelas em ~ Jack In The Box
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Puluhan Tahun Talaud Terjajah. Semoga bermanfaat bagi sobat blogger . Terimakasih atas kunjungan Sobat beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan Saran sobat dapat sampaikan melalui Kotak komentar dibawah ini.
Thank you for visiting ! :)
Silahkan baca artikel menarik lainnya :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
Catatan :
Berkomentar dengan menggunakan kalimat yang baik dan santun.
Dimohon untuk tidak berkomentar SPAM.
Link hidup dalam komentar akan terhapus secara otomatis.
thank's :)